Ketika bisnis harus berakhir, mengambil langkah yang tepat dalam menutup sebuah Perseroan Terbatas (PT) adalah hal yang sangat penting. Tidak cukup hanya menghentikan kegiatan operasional, penutupan PT juga harus dilakukan sesuai prosedur hukum agar tidak menimbulkan masalah di masa depan.
Penutupan PT biasanya terjadi karena berbagai alasan, mulai dari keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), berakhirnya masa berlakunya PT, hingga kondisi finansial seperti kepailitan.
Proses ini harus melalui tahapan yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) beserta perubahannya agar status badan hukum PT resmi berakhir.
Sebelum memulai proses pembubaran, penting untuk mengetahui alasan yang diperbolehkan secara hukum untuk menutup PT. Menurut UUPT, PT dapat dibubarkan berdasarkan keputusan RUPS, berakhirnya jangka waktu berdirinya PT sesuai anggaran dasar, kondisi pailit, putusan pengadilan, hingga pencabutan izin usaha. Dasar hukum ini memastikan pembubaran dilakukan dengan landasan yang jelas dan sah secara legal.
Menutup PT harus dilakukan dengan mengikuti prosedur yang diatur secara rinci. Berikut ini langkah umum yang harus ditempuh:
Langkah pertama adalah menggelar RUPS untuk mengambil keputusan resmi pembubaran PT. Dalam RUPS juga ditunjuk likuidator yang akan bertanggung jawab menjalankan proses likuidasi.
Likuidasi berarti menyelesaikan seluruh kewajiban PT, seperti pembayaran utang, pesangon karyawan, dan kewajiban perpajakan. Aset PT dihitung dan dikelola untuk memenuhi kewajiban tersebut.
Dalam waktu 30 hari setelah RUPS, likuidator wajib mengumumkan pembubaran PT melalui surat kabar dan Lembaran Negara Republik Indonesia sebagai bentuk pemberitahuan publik.
Setelah proses likuidasi selesai dan pertanggungjawaban telah diselesaikan, likuidator melaporkan hasilnya ke Kementerian Hukum dan HAM melalui sistem Administrasi Hukum Umum (AHU) untuk pengesahan pembubaran.
Kementerian Hukum dan HAM akan menghapus nama PT dari sistem AHU setelah semua proses selesai, menandai berakhirnya status badan hukum PT secara resmi.
Saat proses pembubaran PT, pemilik usaha harus memastikan seluruh kewajiban, terutama utang dan hak karyawan, diselesaikan dengan baik. Jika likuidasi menunjukkan utang lebih besar dari aset, proses kepailitan harus ditempuh.
Selain itu, pencabutan izin usaha bisa menjadi pemicu pembubaran, sehingga pemilik harus memperhatikan status izin usaha secara berkala.
Menutup PT memang bukan hal yang mudah dan membutuhkan ketelitian serta kepatuhan hukum. Jika membutuhkan bantuan dalam proses ini atau membutuhkan berbagai layanan legalitas lainnya, Ruang Pedia siap membantu.
Ruang Pedia menyediakan jasa legalitas lengkap mulai dari pendirian CV, PT, hingga yayasan. Selain itu, tersedia pula layanan pendaftaran Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), izin Pengusaha Kena Pajak (PKP), dan berbagai perizinan usaha lainnya.
Hubungi Ruang Pedia sekarang juga untuk konsultasi!
Waralaba (franchise) adalah bentuk kerja sama bisnis di mana pemilik merek atau franchisor memberikan hak kepada pihak lain (franchisee) untuk menjalankan usaha menggunakan merek, produk, dan sistem yang telah teruji.
RUPS online adalah pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham yang seluruh prosesnya dilakukan secara elektronik. Di Indonesia, penyelenggaraan RUPS online diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan melalui POJK No. 16/2020 tentang Pelaksanaan RUPS secara Elektronik.